Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Tuhan Cemburu Kepadaku!




Sewaktu SMA dan kuliah, aku sering nyinyir melihat teman-temanku yang menangis “gara-gara cowok.” Menurutku itu alasan kampungan untuk menangis. Ngapain cowok diratapi. Malu-maluin dan kurang kerjaan! Ada banyak banget hal yang perlu kamu pelajari dan pahami dibandingkan ngejar-ngejar cowok, pikirku selalu dalam hati. PR-mu aja belum dikerjain.

Sebagai makhluk yang normal, tentu saja aku pernah suka pada lawan jenis. Tapi ternyata itu tak masuk hitungan... semua yang aku alami dan rasakan sejak SMA sampai kuliah itu hanya cinta monyet belaka. Aku juga tak pernah benar-benar merasa sakit hati atau pun benar-benar jatuh cinta. Aku menyadari itu semua hanya rasa suka dan warna-warni dunia remaja. Aku pun masih bisa mencintai Tuhanku seperti biasanya. Tak ada sesuatu yang berlebihan yang terjadi.
Lalu. Suatu hari akhirnya aku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Aku merasa sayang kepada salah satu makhluk Allah. Perasaan sayang itu begitu kuat sehingga aku merasa orang ini adalah satu-satunya. Dari perasaan dan pemikiran abu-abu ini aku pun mulai sedikit ´menjauhi´ Tuhanku tanpa banyak berpikir. Aku mulai lebih senang berinteraksi dengan makhluk dibandingkan dengan Penciptanya. Aku mengejar-ngejar bayangan!
Semakin lama komunikasi kami semakin intens. Kami menyadari itu salah, karena kami non mahram untuk satu sama lain. Dan meskipun hubungan kami hanya sebatas komunikasi, tetapi perasaan untuk memiliki terus menguat dan Tuhanku pun cemburu.
Akhirnya Tuhan membukakan kembali mataku yang dihalangi kabut cinta semu. Allah ingin aku kembali memprioritaskan-Nya dan tidak meletakkan makhluk di posisi nomor satu. 
Mungkin karena aku terlalu menganggap sepele penyakit merah jambu, jadi Allah “menyadarkanku” dengan cukup keras. Aku kehilangan dia. Ya, dia yang selama ini aku pikir akan bersamaku. Dia yang ternyata hanya kukejar bayangannya saja, bukan Penciptanya yang Mahapenyayang dan Mahamembolak-balikan hati.
Barulah aku betul-betul sadar. Aku memang salah sejak awal. Aku tak seharusnya mendekati makhluk. Aku seharusnya mendekati Rabb-nya yang juga Rabb-ku, memohon kepada-Nya untuk jalan terbaik. Bukan justru memohon keputusan terbaik-Nya setelah membuang-buang energi untuk menangis dan berduka hati.
Aku telah membuat-Nya cemburu, karena lebih bersemangat untuk berbicara kepada makhluk dan bukan bermuhasabah kepada Sang Sumber Kebahagiaan Hakiki yang selalu mencintai makhluk-makhluk rapuh-Nya walaupun ´diselingkuhi.´ Terima kasih ya Allah, atas teguran-Mu yang penuh kasih sayang agar aku tetap berada di jalur-Mu seperti yang seharusnya. Alhamdulillaah. 

Quote: Mendekati Allah itu jauh lebih mudah daripada mendekati manusia, karena Allah itu dekat dan sangat cinta kepada hamba-hamba-Nya yang mendekat kepada-Nya (Aa Gym).



Tak hanya bertahan hidup, mereka bahkan masih berbuah. Aku tak akan kalah dari pohon cantik ini :)



2 comments for "Ketika Tuhan Cemburu Kepadaku!"