Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Warna Keenam: Jakarta - Singapur - Dubai - Frankfurt am Main - Stuttgart


Tepat tengah malam, aku dan keluargaku berangkat ke Cengkareng. Pesawatku berangkat pukul 11 siang menuju Singapur. Aku tak merasa gugup dan sedih. Tetapi pada pamitan terakhir, pasokan air mataku jebol :D

Aku lalu melangkah ke ruang tunggu, meninggalkan keluargaku yang mungkin sedang menatapku berjalan menjauhi mereka, lalu hilang di balik pintu pengaman dan lalu lalang orang.

Aku duduk di bagian depan pesawat. Di sampingku duduk seorang nenek keturunan Tionghoa yang sangat baik dan ramah. Beliau hendak mengunjungi kerabatnya di Singapur. Sudah sangat sering beliau pulang-pergi ke Singapur, ceritanya. Senang rasanya ada orang yang mengajakku bercakap-cakap pada sesi pertama perjalananku.

Sesampainya di Changi, aku diminta untuk membuka sepatuku pada pemeriksaan bandara, tidak lama setelah aku keluar dari pesawat. Anehnya, penumpang yang lain tak diminta untuk membuka sepatu… -_- Tapi di bagian imigrasi, petugasnya baik hati. Lalu dengan pedenya aku berbicara dengan Bahasa Inggris kepada petuagas imigrasi itu. Tapi dengan santainya ia menimpaliku dengan Bahasa Melayu :D pasti karena melihat paspor dan wajah Indonesiaku.


orang-orang yang mungkin juga sedang menunggu
Lalu aku hendak salat dzuhur, memang masih ada cukup waktu untuk salat dzuhur, karena Singapur memang terletak lebih barat daripada Jakarta. Aku pun pergi mencari mushola, tetapi aku tidak bisa masuk ke area tempat mushola berada, aku lupa kenapa. Pokokya pasporku sudah dicap jadi aku tak bisa kembali ke area itu lagi. Jadilah aku salat di ruang khusus menyusui bayi. Ruangannya kosong waktu itu. Karena aku akan berada di Changi selama sekitar 5 jam, aku tidak menjama´ salat dzuhur dan ´asharku. Selepas salat aku membeli nasi lemak with chicken rendang. Harganya 3.9 dollar, aku nggak tahu apa itu murah atau mahal. Yang penting ada label halalnya. Porsinya sedikit, tapi karena itu nasi, jadi mengenyangkan ~




Rasa Indonesia. Sampe gak kuasa ngabisin sambelnya, pedes banget si


Lalu aku salat ´ashar di ruang menyusui lagi dan jalan-jalan di dalam bandara agar tidak bosan. Aku ingin melihat-lihat keluar tapi takut nanti malah repot sendiri karena terlambat. Seorang wanita ramah yang berbincang-bincang denganku sebelum naik pesawat berkata, aku bisa berjalan-jalan dulu keluar bandara karena 5 jam itu terlalu lama. Aku hanya harus sudah berada di bandara lagi pukul 7 malam karena pesawatku berangkat pukul 9.



jalan-jalan tanpa arah mengusir rasa bosan menunggu

Tetapi ternyata pilihanku benar, kalau aku pergi keluar dan baru kembali pukul 7 malam, hancurlah semua. Sekitar pukul setengah 7 setelah salat maghrib, aku segera mendorong rombongan koperku ke gate fly emirates. Gatenya tentu saja jauh dan memakan waktu untuk mencapainya. Tapi aku tiba tepat waktu tanpa terburu-buru. Aku segera mengantri bersama penumpang lain yang juga akan menaiki pesawat yang sama. Saat itu tanpa terasa sudah pukul 8 malam. Pesawat kemudian berangkat sesuai waktu yang seharusnya.

Pesawat mendarat di Dubai sekitar pukul 1 pagi. Lalu aku bertanya kepada seorang petugas, ke mana aku harus pergi untuk transitku. Petugas itu lalu memberitahuku bahwa jalanku sangaaat panjang. Ternyata memang benar. Aku berjalan, lalu naik kereta, lalu berjalan lagi, lama sekali, mungkin sekitar satu jam.

Sesampainya di gateku, ada beberapa orang yang duduk menunggu di lantai. Di antaranya adalah dua anak Jerman dan seorang ibu berwajah Asia yang menemani mereka. Aku tahu gatenya belum dibuka karena memang belum waktunya, tetapi aku tetap bertanya untuk memastikan. Kutanya anak-anak Jerman itu, ini adalah kalimat Bahasa Jerman pertamaku, „ist es noch nicht geöffnet?

Nein, noch nicht. Bla bla bla. Yada yada,“ aku hanya menangkap nein noch nicht-nya saja :D lalu kuucapkan terima kasih dan aku segera pergi mencari mushola karena aku tahu aku masih punya cukup waktu untuk salat. Lalu aku salat ´isya di sebuah mushola khusus perempuan. Hanya ada tiga orang termasuk aku di sana. Tempatnya sangat tenang. Membuatku merasa tenang juga. Selesai salat aku segera kembali ke gateku dan orang-orang sudah mulai mengantri karena gate sudah dibuka. Aku pun ikut berbaris bersama mereka dan menunggu dipanggil untuk naik pesawat. Aku akan tiba pagi-pagi pukul 8 .50pada hari itu (tanggal 30 Agustus) di bandara Frankfurt am Main.

Urutan perjalananku adalah: dari Jakarta pukul 11.15 siang, tiba di Singapur sekitar pukul 3 siang (pesawatnya muter-muter dulu di udara jadinya lama), berangkat dari Singapur - Dubai pukul 9.40 malam, tiba di Dubai sekitar pukul 00.50 malam, lalu transit 2 jam 55 menit, berangkat dari Dubai – Frankfurt am Main pukul 3.45 pagi, lalu tiba di Jerman pukul 8.50 pagi.

Sekilas, perjalananku terlihat seolah hanya berlangsung semalaman saja, yaitu siang hari sampai pukul 9 malam berada di Singapur, lalu berangkat ke Dubai, transit, dan tiba di Jerman pukul 8.50 pagi. Terlihat seolah hanya 12 jam saja. Padahal jika dihitung setidaknya sejak keberangkatan dari Cengkareng pada tanggal 29 Agustus pukul 11.15 siang, maka perjalananku berlangsung selama sekitar 27 jam. Pukul 11 siang – 9.40 malam masih dalam zona WIB. Ini saja sudah berdurasi lebih dari 10 jam.  Lalu dari Singapur – Dubai sekitar 7 jam, maka sudah sekitar 17 jam. Lalu transit 2 jam 55 menit, maka sudah mencapai sekitar 20 jam, dan terakhir Dubai – Frankfurt am Main sekitar 7 jam, maka total adalah 27 jam. Lebih dari sehari semalam. Pantas saja ketika tiba di Jerman pada pagi hari itu, di Indonesia sudah sore. Ketika aku sudah sampai di Stuttgart pada pukul 2 siang di mana aku harus berada, keluargaku di Indonesia sudah bersiap berlayar ke pulau kapuk. Jika dihitung sejak berangkat dari Sukabumi, juga ditambah dari Frankfurt am Main ke Stuttgart, maka semuanya menjadi sekitar 43 jam -_- dan aku bahkan tidak sempat tidur sebelum perjalanan panjang itu dan aku juga tidak tidur selama 2 hari perjalanan itu. Untunglah badanku kuat-kuat saja dan beruntung pula, aku tidak jetlag.
Itulah perjalanan panjang soloku. Mungkin penerbangan selanjutnya ada yang nemenin :D


Stuttgart sore itu

5 comments for "Warna Keenam: Jakarta - Singapur - Dubai - Frankfurt am Main - Stuttgart"

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. tempat apa yg paling menarik di Jerman..BW juga blogku yaa

    ReplyDelete
  3. Panjang sekali ya perjalanannya. Saya yakin diriku akan bersenang-senang di sana..salam kenal ya

    ReplyDelete