Bohong — #MyTruthTheory
Aku paling tidak suka ketidakjujuran. Jujur adalah salah satu pokok hidupku. Jujur bahkan merupakan salah satu keahlianku. Tapi, ya, aku pernah berbohong. Tentu saja. Tetapi secara umum, aku jarang berbohong.
Kebohongan paling kliseku adalah, “aku baik-baik saja,” ketika aku tidak merasa begitu.
Ketika aku tidak merasa seperti itu, aku cenderung menutupi sesuatu yang membuatku tidak baik-baik saja tersebut, dan, mengaburkan rona wajahku yang sesungguhnya dengan senyuman, memanipulasi orang lain dengan penampilan sumringahku. Aku menjadi seperti bunglon, mengubah penampakan luarku karena seolah merasa tak aman jika orang lain melihat rupa ‘tidak baik-baik saja-’ku.
Ketika aku sedang menyamar sebagai bunglon, hanya orang-orang terdekatku sajalah yang mampu mendeteksi kebohongan senyumku yang telah aku tata rapi sejak pagi saat melangkah ke luar rumah. Mereka mampu memindai dan mendiagnosis keadaanku... melalui mataku, jendela jiwaku. Mereka—orang-orang terdekat itu.
Jika seseorang berbohong kepadaku, dengan sengaja (tentu saja, tidak ada bohong yang tidak disengaja), untuk menutupi kesalahannya dan tampil ‘benar’ di depanku... aku akan sangat kecewa. Bukan hanya karena dia tidak jujur kepadaku, melainkan karena aku merasa dikhianati. Aku juga dipandang tidak mampu—dan tidak akan siap—mendapati kenyataan, dan kejujuran... yang terdengar tidak menyenangkan... seolah aku adalah bocah kecil.
Aku adalah seorang overthinker. Aku memiliki kebiasaan untuk memikirkan berbagai hal dalam-dalam, sedalam-dalamnya. Aku tidak bisa menghilangkan kebiasaan ini, karena itu merupakan salah satu bagian dari kepribadianku: aku adalah seorang extraverted intuitive. Oleh sebab itu, aku bisa menjadi seorang lie detector jika aku mau, jika diperlukan.
Maka, malangnya orang yang berbohong kepadaku, aku bisa mendeteksi kebohongan mereka jika aku mau. Dan itu benar-benar terjadi: aku bisa memilah dan memisahkan antara perkataan benar dan bohong, gelagat alami jujur dan gelagat nyaris alami dalam bohong. Aku terbiasa mencari celah dalam sebuah cerita. Jika ada bagian yang tidak cocok, atau tidak masuk akal, aku akan memikirkan hal itu lagi dan lagi hingga semuanya masuk akal, menjadi satu cerita utuh yang memiliki kecacatan di mana-mana.
Maka.
Jangan pernah berbohong kepadaku, kepada seorang overthinker. Itu tak akan berakhir baik. Aku mungkin akan berpura-pura menerima kebohongan seseorang, tetapi jauh di dalam, aku merasa seperti ditikam dari belakang.
Hmmmm, Antisipasi nihh, kwkwkwwk
ReplyDeleteBagus, radar saya langsung aktif 😂
Delete